MediaTani - Sebanyak 20 mahasiswa strata satu School of Agriculture and
Food Sciences Faculty of Science, University of Queensland, Australia,
mengikuti program pertanian tropis di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
dan sekitarnya.
“Kegiatan tersebut terdiri atas kuliah tentang pertanian,
peternakan, kehutanan, dan teknologi pertanian oleh dosen-dosen UGM dan
kunjungan lapangan ke berbagai bentuk pertanian di DIY dan Jateng,” kata
koordinator program Siti Subandiyah di Yogyakarta, Jumat (24/7/2015).
Menurut dia, bagi mahasiswa UQ, pertanian di DIY dan Jateng
yang merupakan “small holder farm” adalah suatu model pertanian yang unik dan
sangat berbeda dengan pertanian di Australia yang umumnya seorang petani atau
sebuah keluarga petani mengelola minimal 150 hektare lahan pertanian dan selalu
merupakan bisnis pertanian.
Hal yang menarik bagi mereka antara lain budi daya padi di
DIY dan Jateng dengan petak-petak sawah yang kecil namun dalam setahun mampu
menanam sebanyak tiga kali dengan produksi sekitar 6-7 ton/hektare/musim atau
sekitar 20 ton/hektare/tahun, sedangkan di Australia produktivitas dapat
mencapai 12 ton/hektare/tahun dengan hanya sekali musim tanam.
“Kalau produktivitas padi sebanyak 12 ton/hektare/musim
tanam di Australia diadopsi oleh petani di Indonesia maka kemungkinan besar
impor beras tidak akan diperlukan lagi,” kata dosen Fakultas Pertanian UGM itu.
Ia mengatakan selama program itu berlangsung, mahasiswa UQ
juga didampingi oleh sejumlah mahasiswa UGM sehingga terbentuk jaringan
komunikasi di antara kedua generasi muda dari kedua negara tersebut.
Rombongan mahasiswa UQ tersebut juga didampingi Professor of
Agricultural Development, Deputy Head, School of Agriculture and Food Sciences
UQ Rob Cramb, Associate Max Shelton, Asisten Lecturer Heyley Giles, dan
administration officer Sharon Weatherbay.
“Program kerja sama internasional semacam itu diharapkan
akan sangat bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran dan pendidikan bagi para
mahasiswa dan juga berlanjut dengan terbentuknya kerja sama riset di antara
para dosen di kedua universitas,” katanya.