PENGUMUMAN

Website ini telah pindah alamat ke mediatani.co

Menkes: Tanaman Obat Harus Dikembangkan

Selasa, Maret 24, 2015
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K).
MediaTani -Tanaman herbal adalah komoditi yang dijadikan bahan baku obat atau pengobatan secara alami. Tanaman obat pun sangat mudah dikembangkan di berbagai daerah. Dengan keadaan seperti inilah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil ramuan tradisional. Bahkan kualitasnyapun siap diadu dengan obat produk industri farmasi.

Menteri kesehatan, Nila F Moeloek menerangkan bahwa ada potensi ekonomi yang sangat besar dibalik tanaman obat ini. Nilai ekonomi itu akan tumbuh beriringan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kualitas Tanaman Herbal.

“Bisakah bahan-bahan ini (tanaman obat) kita manfaatkan? Ini yang patut dipikirkan karena ada nilai plus dari sisi ekonomi yang bisa dikerjakan seiring dengan meningkatnya permintaan obat nonfarmasi,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek di BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, kemarin.

Nila juga menerangkan bahwa generasi entrepreneurship harus didongkrak semangatnya. Dan lebih baik lagi jika jiwa entrepreneur tesebut dikembangkan guna menorong terciptanya nilai tambah dalam pemanfaatan tanaman obat tradisional. Mereka yang bergerak dalam bidang ini, diharapkan mendapatkan nilai positif dari aspek ekonomi.

Menkes menilai industri berbasis tanaman obat tradisional memiliki prospek yang sangat menjanjikan baik di pasar nasional maupun internasional. Kendati demikian, dirinya tak ingin kekayaan alam Indonesia dijual begitu saja kepada pihak asing tanpa melalui proses pertambahan nilai.

“Meski bisa dimanfaatkan, tapi jangan sampai nilai tambah keuntungannya diambil oleh pihak luar,” tambahnya.

Menurutnya, tanaman obat asli Indonesia harus bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan maupun untuk mengobat penyakit berat yang membutuhkan biaya mahal jika menggunakan obat farmasi. Menkes mengaku, saat ini ada tiga formula jamu yang telah disaintifikasi dan diuji klinis.

“Hasilnya, formula jamu tersebut bisa dipakai sebagai obat setara dengan obat farmasi,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, B2P2TOOT yang ada di Tawangmangu merupakan satu dari 11 lokasi penelitian di Indonesia. menurutnya, ada sejumlah fasilitas penunjang di balai tersebut seperti laboratorium terpadu, lab pasca panen, dan rumah riset jamu.