Peserta Bakti Tani 2014 Himpunan Mahasiswa Agronomi Faperta Unhas - Foto Himagrounhas |
"Kita akan melibatkan 5.000 mahasiswa se-Indonesia sebagai penggerak dan pembimbing para petani. Selain itu, yang terlibat untuk tenaga penyuluh ini adalah dosen, kepala desa, babinsa, KTNA, serta semua stakeholder pertanian," ujar Amran
Salah satu penyebab rendahnya produksi pangan nasional adalah masih kurangnya tenaga penyuluh pertanian yang memberi bimbingan kepada petani di setiap desa. Seharusnya, tenanga penyuluh yang ideal untuk setiap desa dibutuhkan satu orang. Hal ini yang menyebabkan Indonesia masih kekurangan sebanyak 39 ribu tenaga penyuluh dari total 74 ribu desa yang ada.
Tenaga penyuluh honorer yang dilibatkan pun tak mampu pacu produksi pertanian. Bahkan, keterlibatan mereka sebagai penyuluh pertanian hanya dianggap sebagai simbol belaka. Pasalnya dalam kondisi nyata di lapangan, para tenaga penyuluh pertanian honorer ini hanya menjadi agen benih dan pupuk bagi para petani.
Kondisi tersebutlah yang membuat Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman berencana akan melibatkan mahasiswa, dosen, kepala desa, babinsa, dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) sebagai penggerak dan pembimbing para petani.
Terkait swasembada pangan, Amran mengakui tak akan bisa terwujud jika hanya dilakukan oleh pihak Kementerian Pertanian (Kementan). Perlu dukungan dari semua pihak agar target swasembada pangan pertanian selama tiga tahun tersebut dapat terealisasi.
"Jadi harus ada sinergi antara pemerintah, pengusaha, juga akademisi. Ketiga ini harus sinergi untuk menuju swasembada pangan nasional," pungkas Amran.
Sebagai informasi, pada 2015 Kementan menargetkan kenaikan produksi pangan pertanian di semua komoditas. Produksi padi ditargetkan naik menjadi 73,4 juta ton gabah kering giling (GKG), jagung sebanyak 20,33 juta ton, kedelai 1,27 juta ton, serta gula menjadi 2,97 juta ton.