Ilustrasi, Benih Jagung |
“Menurut kami, kebijakan pemerintah yang mendorong terjadinya ketergantungan pada komoditas pertanian pada pihak asing membahayakan bagi sistem kedaulatan pangan kita,” kata Ketua Umum Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) Suroto di Jakarta, akhir pekan.
Hal tersebut disampaikannya menyusul kerja sama Kementerian Pertanian untuk peningkatan produksi pertanian petani dalam skema Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro). Pilot project yang dilakukan akan diperluas dengan dukungan pemerintah untuk menyediakan 1 juta hektar.
Kerja sama ini difasilitasi Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, PT Monsanto Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan PT Cargill Indonesia.
“Monsanto sebagai penghasil benih, yang nanti ditanami petani dibantu dengan teknologi. Kemudian, BRI sebagai penyedia dana kredit, lalu Cargill menyerap produksinya,” katanya.
Suroto menerangkan, penciptaan ketergantungan pada komoditas pertanian asing baik berupa benih maupun pasarannya adalah bentuk bio-terorism.
“Mestinya pemerintah mengacu pada substansi UU Pangan jangan berpikir korporatif dan jangka pendek untuk ketersediaan pangan. Sulit diharapkan untuk dapat mengerti apa itu kedaulatan pangan,” tuturnya.
Ia menyarankan pemerintah justru mementingkan pembangunan infrastruktur sosial yang penting bagi ketahanan pangan misalnya dengan meningkatkan peran koperasi pada sektor pertanian.