Ilustras Hutan Bambu |
MediaTani - Hasil produksi hutan non kayu Wonogiri setiap tahun hampir
978.335 batang atau 42.137 meter kubik.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun)
Wonogiri, Ir Gatot Siswoyo MM. Bahkan dirinya mengakui bahwa produksi bambu di
daerah Wonogiri belum dioptimalkan.
"Tahun ini kita pilih membudidayakan bambu,selain mempunyai nilai ekologi, bambu juga memiliki nilai ekonomis
tinggi,"ujar dia, Kamis (02/07/2015).
Gatot menerangkan, tanaman bambu merupakan tanaman yang sangat penting. Menurutnya tanaman bambu memiliki perananan penting dalam menahan laju erosi, selain itu juga mampu menyimpan air.
"Tahun 2015 kita mengalokasikan 25 hektare tanaman bambu baru, yakni di Desa Jimbar Kecamatan Pracimantoro," jelasnya.
Ditandaskan, bambu yang akan dijadikan percontohan itu berjenis 'petung'. Proyek pilot ini, aka dibiayai Rp 30 juta dana DAK 2015. Proyek tanaman bambu ini merupakan instruksi pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian LHK.
Menurut Gatot, pusat telah menunjuk 4 provinsi yakni Jabar,Jateng,Jatim dan DIY sebagai pilot percontohan budidaya bambu petung.
Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lingkungan (Kasie RHL) Dishutbun Wonogiri, Agung Wahyu Sadono, menyatakan, “Lima tahun bambu itu sudah bisa panen.”
Ditambahkan, proyek ini bakal dilakukan pada musim penghujan yang akan datang atau sekitar bulan Oktober. Tak hanya bambu, DA) 2015 juga ada dua jenis kayu, yakni sengon dan jati. Menurutnya, sengon dan jati ini nantinya akan disebar di 20 desa di 20 kecamatan, dengan total hutan rakyat sekitar 500 hektar.
“Dasar proyek ini yakni Peraturan Menteri LHK nomor P.98/ Menhut-II/2014 tentang petunjuk teknis DAK kehutanan 2015,” imbuhnya.