Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan, dari luas
lahan pertanian sebesar 8,1 juta hektare (ha), 4,8 juta ha merupakan lahan
irigasi. Sedangkan 3,3 juta ha merupakan lahan tadah hujan yang mengandalkan
air hujan untuk pengairan.
"Dari 8,1 juta ha, yang irigasi 4,8 juta ha, ada 3,3
juta tanah tadah hujan. Ini lahan 6 bulan tidur, alsintan (alat mesin
pertanian) tidur 6 bulan, petani tidur 6 bulan, uang di bank 6 bulan,"
ujarnya di Sragen, Jawa Tengah, Senin (27/7/2015).
Dia menjelaskan, untuk mengatasi hal ini, pihaknya akan
menggenjot pembangunan sistem perairan seperti embung, sumur dalam dan sumur
dangkal agar saat musim kemarau petani tetap bisa beraktifitas tanpa harus
terganggu akibat ketiadaan air.
"Ini semua bisa jadi solusi bagi pertanian. Di sini
misalnya, (Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Sragen) mereka minta dibuat sumur
dalam," kata dia.
Amran mengungkapkan, pembangunan sistem pengairan ini
penting menjadi fokus pemerintah untuk memperkuat sektor pertanian dan
meningkatkan produksi melalui lahan yang tidur akibat kekeringan.
"Kalau yang 3 juta ha tadah hujan dibangunkan,
pertanian kita akan kuat. Kalau ada air maka selesai (masalah), ini faktor
kunci," jelasnya.
Masalah kekeringan ini juga dikeluhkan oleh Parno, salah
satu petani di Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Sragen. Menurutnya dari 2.500
ha lahan pertanian di desa tersebut, yang mengalami kekeringan tiap tahunnya
rata-rata sebesar 500 ha.
"Ini baru panen sekali, kemudian kering sampai
sekarang. Kalau mau diolah harus nunggu hujan lagi," tandasnya.