PENGUMUMAN

Website ini telah pindah alamat ke mediatani.co

Menteri Pertanian Dinilai Bakal Terjerat Reshuffle

Sabtu, Juni 20, 2015
Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla Saat Photo Bersama Di Istana Negara
MediaTani - Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Berly Martawardaya menilai ada tiga menteri terancam diganti. Mereka adalah Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Menurut Berly, kinerja tiga orang ini kurang dari target.

"Perindustrian konstruksi tahun lalu 1 persen, sekarang 0,85. Pertanian dari 0,7 jadi, 0,5 persen, perdagangan yang juga tidak begitu tepat (posisinya), 0,8 jadi 0,5. Itu paling jauh, perdagangan domestik ini drop-nya paling jauh, kalau perlu diganti," ucap Berly.

Menurut Berly, belum muncul play maker di bidang perekonomian yang bisa memimpin selama lima tahun ke depan. Padahal program yang disusun tim ekonomi Jokowi-Kalla sudah tepat. Tokoh-tokoh yang ditunjuk Jokowi pun dinilainya sebagai tokoh-tokoh hebat dalam bidang perekonomian.

"Play maker ekonominya belum kelihatan padahal punya pemain dan kebijakan yang baik dan kebijakan sudah on the right track, pinjamannya cepat, konsumsi pembebasan PPN barang elektronik, kemudian investasi ke luar juga semangat tetapi belum ada yang menyajikan itu dengan baik. Misalnya saat kita punya masalah investasi dan ekspor, mungkin khususnya kita harus apresiasi SBY, kalau ada masalah besar, jelas yang merespon Menko Ekonomi atau Stafsus Ekonomi," tutur dia.

Direktur Eksekutif Populi Center Nico Harjanto menilai sinyal reshuffle atau perombakan kabinet semakin kuat. Kemungkinan ini diperkuat dengan langkah Presiden Joko Widodo yang meminta realisasi program serta rencana program ke depan para menteri.

"Saya kira arahnya ke sana (reshuffle) semakin terang benderang seperti sinyal atau pun perintah Jokowi untuk menteri-menterinya kirim sub evaluasi dua halaman," kata Nico dalam diskusi SmartFm, Sabtu (20/6/2015).

Menurut dia, menteri-menteri di bawah Jokowi sebenarnya lebih mudah dalam menjalankan tugasnya. Mereka sebenarnya tidak perlu lagi membuat program besar karena Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla telah membuat kerangka besar program kerja mereka dalam Nawa Cita.

Oleh karena itu, para menteri yang ada saat ini tinggal membuat rencana pelaksanaan program Presiden dan wapres.

"Mereka pelaksana program Presiden, tidak perlu pikirkan lagi konsep besar dari awal dan hanya tinggal eksekusi pelaksanaannya. Misalnya jalan tol pembangunannya sudah berapa persen, dwell time berapa persen, tol laut, kemaritiman, banyak janji-janji yang harus diwujudkan," kata Nico.

Ia juga menilai perombakan kabinet merupakan suatu kebutuhan mengingat banyak program yang belum terealisasi penuh hingga saat ini. Belum lagi ketidakstabilan ekonomi yang terjadi saat ini.

Entah sebelum atau setelah Lebaran, Nico yakin Jokowi akan merombak kabinetnya. "Menteri sudah disuruh kirimkan hasil evaluasi, program yang dikerjakan enam bulan ke depan, kantor staf presiden sudah bagus mengelola datanya, anggarannya berapa, seberapa cepat programnya, sampai sekarang juga masih ada menteri yang belum beres dalam mengisi aselonnya," sambung Nico.