Ilustrasi Sawah Yang Mengalami Kekeringan |
Menanggapi hal tersebut, menteri pertanian Amran Sulaiman berkomentar sederhana dan tetap bersikap tenang karena keadaan tersebut biasa saja. Menurutnya pengaruh alamiah karena El Nino terhadap musim kemarau tahun ini tak terlalu signifikan.
"El Nino-nya juga biasa," kata Amran di Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Kendatipun demikian, Amran mengakui telah mempersiapkan antisipasi dari keadaan tersebut. Dirinya mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian sudah menyiapkan 20 ribu unit pompa air untuk mengantisipasi kekeringan selama musim kemarau 2015. Pompa air itu untuk menanggulangi kekeringan yang menimpa 198 ribu hektare lahan di seluruh Indonesia.
"Ada di 96 kabupaten," tutur Amran.
Amran mengakui, langkah antisipasi terhadap kekeringan tahun ini, juga sudah mempertimbangkan prediksi datangnya El Nino. Untuk itu, kementerian telah membentuk tim yang bertugas memetakan dan menanggulangi kekeringan di wilayah endemik.
"Semua yang tak memungkinkan pompanisasi sendiri kami kirimi pompa," ucap Amran.
Terpisah, pengamat pertanian dari Jasper Institute, Ihsan Arham saat dihubungi tim mediatani.com menerangkan bahwa badai El Nino memang penting untuk diantisipasi. Dampaknya akan sangat dirasakan di daerah yang dekat dengan samudra pasifik seperti Indonesia.
“Pada saat El nino terjadi, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik naik. Sehingga pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya berubah. Perubahan tersebut banyak membentuk hujan di Samudera Pasifik sedangkan di daerah Australia dan Indonesia menjadi kering.” Terang ihsan.
Ihsan menambahkan, keadaan tersebut perlu diantisipasi serius oleh pemerintah khususnya dalam penyediaan air. Karena ketersediaan air sangat mempengaruhi produktifitas lahan pertanian(NI)