Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mengatakan ada 23 lokasi potensial untuk pembangunan irigasi. Salah satunya, proyek yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), yaitu embung Ceporan di Desa Ngadiluwih, Matesih. BBWSBS membangun embung berkapasitas 600 meter kubik dengan nilai proyek Rp2,7 miliar. Embung itu diharapkan bisa mengairi 90 hektare area pertanian.
Ilustrasi (gambar Sindonews) |
“Kami usul membuat embung baru memanfaatkan aliran Kali
Samin di Kampung Kleco, Desa Gantiwarno, Matesih. Kalau dilakukan, hal itu bisa mengairi lahan pertanian dari Gantiwarno hingga Lalung, Popongan, dan Gaum. Termasuk mendukung peran embung Dongdo. Petani bisa panen padi tiga kali selama satu tahun,” ujar Lurah Jantiharjo, Bagoes Darmadi, saat ditemui wartawan Selopos di sekitar Kali Samin.
Juliyatmono menegaskan akan memikirkan kembali permintaan warga Jantiharjo. Pertimbangan utama adalah lokasi Kali Samin dan alokasi dana. Apabila nekat membuat embung memanfaatkan aliran Kali Samin, Pemkab harus memanfaatkan lahan warga. Oleh karena itu, Bupati enggan gegabah.
“Jangan sampai koordinasi belum matang, tapi sudah dieksekusi. Warga keberatan atau tidak. Mereka harus diajak komunikasi. Lurah harus menghitung detail. Karena itulah Dinas Pekerjaan Umum harus membuat studi kelayakan dan detail enginering design untuk menindaklanjuti usulan itu,” tutur Bupati.
Dia tidak menampik apabila Pemkab membuat embung memanfaatkan Kali Samin akan meningkatkan produktivitas padi. Namun, lagi-lagi dia menegaskan enggan gegabah mengalokasikan dana. Di sisi lain, Pemkab memprioritaskan pembangunan satu embung pada 2015 yakni Ceporan di Desa Ngadiluwih. Pemkab juga akan membangun tiga embung di Gondangrejo, Mojogedang, dan Jatipuro.
“Harapan kami musim kemarau selesai [Ceporan selesai dibangun]. Kalau embung yang memanfaatkan aliran Kali Samin akan kami kaji. Kami cari titik yang memang perlu,” ujarnya.