HS Dillon (gambar Tempo) |
Hal tersebut kata Dillon diindikasikan dengan penurunan jumlah rumah tangga petani. Fenomena ini mengindikasikan sektor pertanian sudah tidak menarik lagi. Indikasi selanjutnya yaitu produktifitas tenaga kerja yang relatif rendah, sehingga tingkat pendapatan yang masih jauh dari memadai untuk menjadi sejahtera dan menyisakan generasi tua untuk tetap bergelut di usaha pertanian.
"Potret buram sektor pertanian semakin diperburuk oleh fenomena land grabbing oleh segelintir konglomerat," ujarnya.
Menurut Dillon, pembangunan yang sudah dilakukan berbagai rezim tersebut tak juga kuasa mengangkat harkat martabat rakyat miskin karena Indonesia telah terperangkap dalam pembangunan kolonialisme yang ekstraktif dan feodal.
"Penciptaan strata warisan Belanda masih terpelihara. Ada kelas rakyat jelata, pengusaha dan priayi. Rakyat jelata tetap dijadikan kuli untuk melayani para pedagang dan kaum priayi," kata Dillon.
Indonesia telah melupakan revolusi yang digelorakan oleh Bung Karno lewat slogan "menjebol dan membangun". Menurut Dillon, esesni slogan tersebut adalah menghancurkan nila-nilai, kebiasaan dan praktek sistem kolonialisme dan imperialisme di lapangan ekonomi, politik dan sosial budaya.