Kepala Dispertahut Bantul Partogi Dame Pakpahan menyebutkan,
lahan pertanian yang masih tersisa saat ini sekitar 15 ribu hektare.
Rinciannya, 13 ribu hektare berupa area persawahan. Sedangkan dua ribu hektare
sisanya merupakan tegalan. ”Keuntungannya kami memiliki tiga musim tanam,”
terang Partogi kemarin (27/3).
Namun demikian, seluruh petani di Bantul memiliki pola tanam
berbeda. Biasanya, pola yang sering diterapkan para petani adalah
padi-padi-palawija, padi-palawija-padi, dan padi-palawija-holtikultura. Ada
juga yang menerapkan pola padi-padi-padi.
Dengan pola seperti ini, untuk tanaman padi, misalnya, dalam
setahun dapat tumbuh di atas 29.752 hektare.Alhasil, secara keseluruhan hasil
produksi pertanian di Bantul dapat memenuhi, bahkan melebihi target. Partogi
menargetkan produksi padi tahun ini menembus angka 198.959 ton. Kemudian,
target produksi jagung mencapai 23.668 ton.
”Kedelai 3.557 ton, kacang tanah 3.239 ton, kacang hijau 4
ton, ubi kayu 39.431, dan ubi jalar 306 ton,” sebutnya.
Menurutnya, hasil produksi pertanian dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Bantul terlebih dahulu. Baik untuk kebutuhan
konsumsi sehari-hari maupun industri. Berdasar data Dispertahut, kebutuhan padi
dalam setahun mencapai 185 ribu ton.
”Ya kami surplus,” jelasnya.Dispertahut masih memiliki
pekerjaan rumah yang cukup berat. Yaitu mempertahankan lahan hijau yang masih
tersisa. Partogi menargetkan dalam setahun tahun tanaman padi dengan beragam
pola penanamannya harus dapat tumbuh di atas lahan minimal 24 ribu haktare. (zam/din/ong/rj)