Ilustrasi (Gambar: AcehNews) |
Sampai saat ini, menurut dia, yang terjadi pada masyarakat saat berhadapan dengan dampak langsung perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut akan membuat migrasi besar-besaran.
Kendati demikian, ia mengatakan masyarakat belum paham korelasi perubahan iklim yang meningkatkan suhu udara dapat mempercepat berkembang biaknya nyamuk, sehingga dapat pula meningkatkan kasus DBD.
"Pemahaman masyarakat terhadap perubahan iklim minim.
Masyarakat masih lihat perubahan iklim hanya terjadi di luar negeri, belum melihat di sekitar mereka, padahal mereka sudah merasakan perubahannya," ujar dia.
Sedangkan di level pemerintah daerah, menurut dia, ketidakpahaman pun terjadi. Sehingga kebijakan yang diambil terkait pengendalian DBD tidak dikaitkan dengan masalah perubahan iklim.
Sedangkan peneliti P2K bidang ekologi manusia Deny Hidayati mengatakan Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang diluncurkan 2014 pun belum sampai di Kabupaten/Kota, karena itu belum masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
"Pemahaman mereka terhadap perubahan iklim terbatas, persepsi mereka masih bervariasi. Wajar jika respon dan dukungan ke petani dan masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim masih tertatih," ujar dia.
Ia mengatakan bahwa hingga kini program-program pemerintah daerah baru sebatas pembangunan infrastruktur yang sumbernya pun sebenarnya berasal dari pemerintah pusat. Selain itu, upaya mengatasi dampak perubahan iklim pun belum dilakukan secara lintas sektoral.