Ilustrasi Warga Membeli Air di Mobil Tangki |
Pemantauan poskotanews.com, kondisi tanaman padi milik petani di Kecamatan Trisi, tepatnya di Desa Plosokerep saat ini memasuki masa primordial atau masa bunting. Sehingga tanaman padi itu sangat membutuhkan pasokan air. Sementara air irigasi maupun air hujan yang dibutuhkan sudah beberapa minggu tak kunjung datang.
Akibatnya para petani panik dan bimbang. Sementara instansi terkait yang menangani pasokan air irigasi terkesan tutup mata tak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi para petani. Sehingga akhirnya para petani memutar otak bertindak sendiri-sendiri guna menyelamatkan tanaman padinya agar bisa dipanen dengan merogoh kantong sendiri membeli air diangkut mobil tangki.
Sekedar membasahi tanah sawah yang sudah retak-retak seluas 1 hektar, petani terpaksa harus mengeluarkan uang jutaan rupiah membeli 20 tangki air dengan harga beli 1 tangki air yang mencapai Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. Setiap hari mobil-mobil tangki itu keluar masuk Desa Plosokerep mengangkut air, pesanan petani untuk menyiram tanaman padi yang terancam mati gara-gara permukaan sawahnya retak-retak setelah lebih dari dua minggu tidak tersiram air.
“Beban para petani yang menanam padi pada musim tanam gadu tahun ini sangat berat. Demi mendukung suksesnya swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah, para petani harus merogoh kantong sendiri membeli air karena pemerintah tidak mampu melayani ketersediaan air irigasi untuk menyelamatkan tanaman padi,” kata Karta, 59.
Selain membeli air menggunakan kendaraan tangki, banyak petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Trisi yang terpaksa mengeluarkan uang lebih banyak untuk ongkos pembuatan sumur tanah. Ironinya untuk menutupi ongkos pembuatan sumur tanah itu para petani terpaksa harus menjual sebagian gabah, hasil panen musim rendeng senilai jutaan rupiah.