"Saya hadir di sini untuk mempertegas komitmen pemerintah Indonesia menjadi salah satu negara yang paling kompetitif untuk berinvestasi, khususnya di bidang industri kakao," kata Wapres di London, Jumat (15/5/2015) malam.
Jusuf Kalla (gambar kompasiana) |
Saat ini beberapa perusahaan pengolah biji kakao telah menjalankan dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia, antara lain Nestle, Mars dan Cargill. Hal itu menunjukkan ketertarikan investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia khususnya di sektor pengolahan biji kakao.
"Dengan nilai investasi yang lebih dari USD600 juta di bidang perkebunan dan tanaman pangan, Indonesia terus berkembang menjadi pilihan para investor asing," jelasnya.
Wapres menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya memperluas dan memperbaiki kualitas kakao di Tanah Air sehingga dapat masuk ke pasar internasional, salah satunya kawasan Eropa.
"Dari semua komoditi dunia yang harganya turun, hanya kakao yang naik. Dan dari tiga negara terbesar penghasil kakao di dunia itu, Indonesia yang paling stabil. Ini artinya kita punya potensi penting di bidang ini," Ujar Kalla.
Dengan peningkatan produksi biji kakao di Indonesia, maka hal itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kakao karena selama ini produksi kakao langsung dari petani kepada industri pengolahnya.
"Produksi kakao itu 95 persen dari petani, itu bagusnya komoditi ini, sehingga pemerataannya bagus dan penghasilannya juga langsung ke petani," ujarnya.
Dalam acara tersebut pula turut hadir Wakil Presiden Ghana Kwessi Amissah Arthur, pengusaha industri olahan kakao asal Indonesia sera para kepala daerah penghasil kakao terbanyak di Indonesia.
Sumber : MT/OZ