Sebagian Aktifitas Pabrik Gula Maduksimo, (501m.wp.com) |
Dalam
perjanjian kerjasama tersebut disepakati kerjasama pertanian dalam bentuk
transfer teknologi, pemasaran produk pertanian serta penelitian bersama guna
mengembangkan komoditas unggul pertanian kedua belah pihak.
Meski
demikian, tidak ada spesifikasi komoditi yang akan dikembangkan. Sekjen
Kementerian Pertanian Hari Priyono mengatakan komoditi yang akan dikembangkan melalui
kerjasama ini masih akan dibicarakan lebih lanjut.
Hari
mengatakan kedua pihak akan segera menjabarkan komoditas pertanian unggulan
yang potensial untuk mengimplementasikan memorandum saling pengertian itu.
“Kuba unggul
dalam gula dan tembakau, kita minyak kelapa sawit nomor satu, dengan keunggulan
ini ada peluang dari dua negara,” katanya(18/3).
Hari juga
menerangkan bahwa Kuba merupakan salah satu eksportir gula terbesar di dunia
yang memiliki rendemen sebesar 12% namun lahan pertaniannya lebih kecil
daripada Indonesia. Sehingga kelak Indonesia bisa mempelajari varietas yang
digunakan Kuba serta teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produksi gula
dalam negeri.
“Bagaimana
membuat industri efisien supaya tingkat rendemen tidak merugikan petani. Kita
ingin melihat teknologi apa yang dipakai di pabrik mereka,” kata Hari seusai
Memorandum of Understanding dengan Pemerintah Kuba, Rabu, (18/3/2015).
Seperti yang
telah dilansir oleh Bisnis.com, pada tahun 2014 realisasi impor gula mencapai 3,56 juta ton namun produksi gula
hanya 2,58 juta ton. Adapun, tingkat rendemen tebu nasional masih rendah yaitu
7,5%.
Di sisi
lain, pemerintah Indonesia tenlah merencanakan pembangunan 10 pabrik gula untuk
menaikkan produksi dan menekan jumlah impor gula.
Duta Besar
Kuba untuk Indonesia Enna Viant Valdes mengatakan pihaknya terus memperbaharui
kapasitas teknologi gula meskipun pemenuhan gula negera itu dicukupi dari
produksi dalam negeri.
Valdez menerangkan
bahwa produksi gula Kuba saat ini diatas 3 juta ton per tahun. Menurut Valdez,
berbagi informasi dan pengalaman dengan Indonesia dalam banyak komoditas
melalui kerjasama ini akan sangat membantu pengambangan agribisnis kedua
negara.
"Kita
tahu Indonesia masih mengimpor lebih dari 40% gula sehingga ini merupakan
langkah yang baik untuk berbagi pengalaman dan mempersiapkan kedepannya," tutur
Valdez.
Selain Gula,
Valdez mengisyaratkan adanya peningkatan nilai permintaan crude palm oil
Indonesia setelah selama ini Kuba lebih banyak mengkonsumsi minyak nabati
berupa minyak kedelai dan bunga matahari.
"Ya,
kita terbuka untuk itu namun kami harus mengidentifikasi peluang terpenting
untuk kedua pihak dulu," terangnya.
Di akhir
keterangan persnya, Valdez menambahkan bahwa pihak pemerintah Kuba akan
membentuk forum diskusi untuk menentukan prioritas kerjasama bidang pertanian
dengan Indonesia. (HW/Bisnis/SB)