Menteri Pertanian |
[Baca: Inilah 5 Tantangan Kementerian Pertanaian pada Era Kabinet Kerja]
Menteri Pertanian Amran Sulaiman memaparkan, Indonesia kehilangan peluang menggenjot produksi pertanian 3 juta ton per tahun akibat kerusakan irigasi. Sementara penyerapan benih yang rendah menghilangkan 3,5 juta ton. Peluang yang hilang tersebut terjadi karena ada ego sektoral yang dapat menghancurkan sektor pertanian.
Tak membiarkan ego sektoral tersebut terus terjadi, Amran pun akhirnya mendatangi Direktur Utama Sang Hyang Seri langsung setelah ia menjabat sebagai menteri.
"Mungkin saya menteri pertama yang menemui Direktur. kenapa benih cuma terserah 20 persen, lalu dikatakan karena BRI yang tidak mencairkan dana lantaran neraca tidak bankable. Akhirnya saya bilang, akibat masalah ini kita bisa sengsarakan rakyat dan petani. Kalau sampai gara-gara benih menghadap ke Presiden kan dianggap tidak mampu," Papar Amran di JFSS, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Akhirnya setelah mencari solusi, Amran mengaku, persoalan benih yang sudah mengendap 7 bulan tuntas hanya dalam waktu 30 menit. Untuk itu, dia bersama seluruh stakeholder pertanian seperti SHS, Perum Bulog sudah berkomitmen siap menghadapi kemungkinan terburuk yaitu dicopot dari jabatannya apabila timbul kembali masalah keterlambatan penyaluran benih dan pupuk.
"Kalau pupuk dan benih terlambat lagi, manajer sampai direktur akan dicopot, saya pun siap. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama antara Kementerian Pertanian dengan stakeholder pertanian SHS, Bulog dan lainnya," tegas Amran.