A. DAERAH ASAL DAN SEJARAH PENGEMBANGAN
Diperkirakan bangsa Semiet (Asia Timur Tengah) adalah bangsa yg pertama mengenal dan memanfaatkan tanaman wijen (Sesamum orientale. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati yang dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari ekstraksi bijinya. Afrika tropik diduga merupakan daerah asalnya yang kemudian tersebar ke wilayah Timur hingga ke India dan Tiongkok. Di Afrika Barat, ditemukan pula kerabatnya, S. ratiatum Schumach. dan S. alabum Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya sebagai lalapan atau sayuran. S. ratiatum juga mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit karena tercampur dengan saponin yang juga bersifat racun. Saat ini, wijen ditanam terutama di India, Tiongkok, Mesir, Turki, Sudan, Meksiko dan Venezuela.
Wijen diperkenalkan di Indonesia ketika era masa perang dunia ke dua. Saat itu wijen di gunakan sebagai penambah asupan gizi tentara, juga memanfaatkan minyaknya sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Pada tahun 70-an produksi wijen Indonesia turun, hinggat tahun 1988 kedudukan Indonesia sebagai negara pengekpor berubah menjadi pengimpor wijen.
Saat ini sentra pengembangan wijen berada di Jawa Tengah (Sragen, Boyolali, Grobogan dan Temanggung), Jawa Timur (Ngawi), Yogyakarta (Gunung Kidul), Lampung, Sulawesi Selatan dan NTB (Sumbawa, Bima, Dompu) ( Dede Juanda dan Bambang Cahyono, 2009).
B. MANFAAT DAN KANDUNGAN GIZI
Wijen sudah sejak lama ditanam manusia untuk dimanfaatkan bijinya, bahkan termasuk tanaman minyak yang paling tua dikenal dalam peradaban. Kegunaan utama dari tanaman wijen adalah sebagai sumber minyak wijen. Bijinya yang berwarna putih digunakan sebagai penghias pada penganan, misalnya onde-onde,roti,dan kue kering dengan cara menaburkannya di permukaan penganan tersebut. Biji wijen dapat dibuat sebagai pasta, misalnya makanan yang dapat diolah menjadi pasta berupa butiran wijen yang ditabur ke spageti maupun macaroni (Schuster, 1992).
Kandungan gizi yang terdapat pada biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan ternak (Schuster, 1992).
Di Indonesia sentra pengembangan wijen berada di Jawa Tengah (Sragen, Boyolali, Grobogan dan Temanggung), Jawa Timur (Ngawi), Yogyakarta (Gunung Kidul), Lampung, Sulawesi Selatan dan NTB (Sumbawa, Bima, Dompu) ( Dede Juanda dan Bambang Cahyono, 2009).
C. PRODUK OLAHAN
Wijen dapat dibuat menjadi berbagai produk olahan seperti minyak goreng, bumbu dapur, makanan olahan, bibit tanaman,kecap.
D. PROSPEK PENGEMBANGAN
Pengembangan wijen di Indonesia masih sangat rendah itu karena:
• Masih banyak petani yang belum mengenal wijen sehingga tanaman ini tidak sepopuler tanaman palawija (kedelai, jagung dll).
• Minat petani masih rendah karena kurangnya teknologi budidaya wijen.
• Produktivitas masih rendah, ini karena teknik budidaya yang kurang baik pada umumnya wijen hanya ditanam sebagai tanaman selingan.
• Kurangnya informasi pasar.
• Biji wijen banyak digunakan sebagai bahan industri minyak dan makanan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai saat ini Indonesia masih mengimpor biji wijen dari Vietnam, Thailand dan China serta mengimpor winyak wijen dari Cina, Singapura, Hongkong. Tapi Indonesia juga sudah mulai mengekspor wijen ke Jepang, Hongkong, Amerika Serikat dan Turki (Dede Juanda dan Bambang Cahyono, 2009).
Oleh karena itu pengembangan wijen perlu dilakukan antara lain:
• Memanfaatkan biji wijen di tingkat petani
• Memberi rangsangan pada petani agar mau mengusahakan wijen secara kontinyu dan tak beralih ke komoditas lain
• Meningkatkan produksi wijen
• Menstabilkan harga jual (Dede Juanda dan Bambang Cahyono, 2009).