PENGUMUMAN

Website ini telah pindah alamat ke mediatani.co

Petani Butuh Dukungan Dan Penanganan Yang Serius Bukan Perdebatan

Selasa, Januari 27, 2015

Oleh: Ananda Bahri P.
(Sekjend Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia 2014-2016)

Dalam mewujudkan swasembada pangan baik beras, kedelai, dan jagung pada tahun 2018 Menteri pertanian Bapak Amran Sulaiman mengeluarkan kebijakan yang tidak populer serta menimbulkan pro dan kontra pada kalangaan akademisi, praktisi dan mahasiswa. Kebijakan ini adalah menurukan 50.000 Babinsa (Bintara Bina Desa) terjun langsung ke sawah untuk membantu menjadi penyuluh pertanian, pendistribusian bibit dan pupuk serta alsintan ke seluruh pelosok negeri.

Ananda Bahri Prayudha - Sekjend ISMPI
Dengan adanya moratorium secara otomatis pemasokan Pegawai Negeri Sipil dihentikan sampai tahun 2019, tidak ada lagi penambahan penyuluh peertanian, kebijakan Menteri pertanian menurunkan 50.000 Babinsa melihat kondisi moratorium memang membutuhkan  tenaga ekstra karena mereka tidak memiliki skill dibidang pertanian, namun harus kita akui bahwa TNI menggunakan sistem Komando, yang membuat mereka terlihat serius dan sungguh-sungguh meskipun tidak memahami karena perintah langsung dari atasan dan  harus dilaksanakan sampai tuntas, saya harapkan pelatihan babinsa untuk menjadi penyuluh jangan dibebankan pada Anggaran belanja kementerian Pertanian kalau memang TNI-AD serius bertanggung jawab untuk  mewujudkan swasembada pangan, anggaran itu harus diambil dari tubuh institusi TNI-AD itu sendiri. 

Guru besar IPB Prof. Dwi Andreas Santosa seperti dikutip pada Kompas online (16/1/2015) sangat tidak sepakat dengan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh menteri pertanian, beliau mengatakan bahwa masih ada petani pelopor, akademisi serta para peneliti pertanian.

Namun beliau melewatkan mahasiswa yang juga berperan penting dalam pembangunan pertanian masa depan, seperti yang saya ungkapkan kepada beliu ketika di gedung DPR-RI pada bulan Agustus tahun 2014 lalu, Penyuluh pertanian tidak dipilih berdasarkan kapasitas dan pengalaman terjun kelapangan mendampingi petani selama menjadi  mahasiswa, penyuluh diseleksi berdasarkan ujian masuk PNS dan mengesampingkan rekam jejaknya selama menjadi mahasiswa, apakah dia peduli dengan petani atau dia hanya peduli dengan nilai akademiknya saja dan ini  adalah penyebab banyak penyuluh lebih berkenan tinggal dikantor dari pada turun kelapangan, seperti yang terjadi pada desa Bualemo kecamatan kwandang provinsi Gorontalo Utara pada saat Ikatan senat mahasiswa Pertanian Indonesia melakukan kemah bakti tani di desa tersebut, analisis sosial dikerjakan dalam tempo satu hari dan terungkap hal yang sangat mengejutkan bahwa petani tidak pernah mendapatkan penyuluhan secara baik dan merata oleh Badan Penyuluh dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun.

Dalam pertemuan selanjutnya saat Seminar Nasional yang bertema “Mempertegas Kebijakan Pemerintah Dalam Program Ketahanan Pangan” di gedung serba guna Universitas Negeri Gorontalo dengan kepala pusat penyuluhan pertanian Bapak Ir. Fathan Rasyid, M.Ag. Saya mengatakan bahwa teman-teman aktivis  mahasiswa serta siswa SMK pertanian Se-Indonesia siap membantu pemerintah dalam memperbaiki pertanian, dengan  mahasiswa pertanian yang  tersebar diseluruh pelosok negeri menjadikan pemerintah lebih siap untuk dikontrol oleh mahasiswa terkait kebijakan dan mahasiswa bisa langsung terjun melihat kondisi real dilapangan yang sesuai dengan kebijakan atau tidak.

Menteri pertanian juga harus menggandeng seluruh stakeholader karena tidak mudah mewujudkan swasembada pangan dalam kurun waktu 3 tahun, semua sektor harus benar-benar dioptimalkan baik dari pengadaan benih dan pupuk tepat watktu, alsintan, irigasi yang baik, informasi dan inovasi  serta harus adanya asuransi tanaman pangan yang mengalami gagal panen dalam kondisi iklim ekstrim, bencana alam dan juga jaminan harga dan pasar yang dapat diakses petani.

 jika semua indikator ini diterapkan dengan efektiv maka petani lanjut usia dan generasi muda akan lebih bergairah berkecimpung dibidang pertanian yang memiliki prosek menjanjikan, serta meningkatnya jumlah petani muda dan menurunnya konversi lahan pertanian yang disebabkan petani tidak akan menjual prospek masa depan keluarganya yaitu lahan pertanian.