MediaTani.com - Pihak BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo mengungkapan bila cuaca buruk serta kemarau yang dirasakan adalah masih disebabkan dari dampak El Nino. Lebih jauh dia memperlihatkan indeksnya naik dari awalnya 2,2 menjadi 2, 3 sekarang ini. Naiknya indeks tersebut mengartikan masyarakat mesti mewaspadai pengaruh El Nino yang semakin kuat. Fenomena tersebut umumnya muncul selama tiga hingga tujuh tahun sekali. Yang mana bisa berdampak pada iklim dunia sepanjang satu tahun bahkan lebih.
Selanjutnya dia pula menuturkan bahwa tingkat kekeringan yang muncul di tahun sekarang adalah tidak hanya dari dampak El Nino saja, tetapi dipengaruhi oleh masalah lain yaitu fenomena Dipole Mode positif. Fenomena itu memicu massa uap air dari perairan Indonesia tersedot menuju Afrika timur. Hasilnya, fenomena itu membuat curah hujan bertambah kecil.
Teguh memperkirakan El Nino berdasarkan indeks bakal menurun kembali di bulan sepuluh walaupun tetap memiliki sebuah dampak yang cukup kuata pada kemarau di tahun sekarang. Sedangkan untuk pembentukan awan hujan sendiri bakal dimulai pada bulan November. Semantara itu, Sasongko, selaku Kepala Dinas Pertanian Yogyakarta menerangkan untuk melalui kemarau yang panjang di tahun sekarang pihakna sudah menghimbau para petani padi supaya segera berpindah menjadi menanam palawija sebab tumbuhan itu tidak memerlukan banyak air.
"Naiknya indeks meunjukkan pengaruh El Nino menuju kuat, meskipun tidak akan lama," kata Teguh.
Ia mengatakan, tingkat kekeringan pada kemarau tahun ini bukan hanya dipengaruhi oleh El Nino, melainkan juga dipengaruhi oleh gangguan cuaca jangka pendek berupa fenomena Dipole Mode positif yang mengakibatkan massa uap air dari perairan Indonesia tersedot menuju Afrika Timur.
"Fenomena ini menjadikan pembentukan curah hujan semakin kecil," kata dia.
Sementara itu, ia mengatakan, indeks El Nino diperkirakan akan mulai mengalami penurunan kembali pada Oktober, meski masih memiliki pengaruh terhadap tingkat kekeringan kemarau pada tahun ini.
Adapun pembentukan awan hujan, kata dia, akan mulai terjadi pada November 2015, seiring dengan berakhirnya pengaruh El Nino serta fenomena Dipole Mode.
Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko mengatakan, dalam menghadapi kemarau panjang tahun ini, pihaknya telah mewanti-wanti petani padi untuk beralih menanam tanaman palawija karena tidak banyak membutuhkan air.
"Kami sudah selalu mengingatkan petani untuk tidak menanam padi selama kemarau, terutama di Gunung Kidul," kata dia.
Tanaman palawija yang disarankan untuk ditanam petani DIY, kata dia, antara lain jagung, kedelai, dan kacang panjang.
"Namun, bagi daerah yang masih memiliki pasokan air mencukupi, silakan tetap menanam padi, kalau bisa dengan diselingi palawija," kata dia.
Kendati kemarau tahun ini lebih panjang, Sasongko meyakini bahwa produksi padi selama 2015, yang ditargetkan 924.000 ton, akan tercapai.
Waspada! Indeks El Nino September Ini Menguat
Sabtu, September 05, 2015