MediaTani.com - Pengobatan berbahan herbal memang memiliki potensi pasar yang kian meningkat. Dengan dalih mengurangi efek samping dari obat berbahan kimia, obat yang berbahan tanaman atau herbal semakin diminati. Begitu juga dengan pengobatan herbal diabetes.
Salah satu obat herbat diabetes adalah tanaman yakon (Smallanthus sonchifolia). Tanaman yang berasal dari Pegunungan Andes, Peru, Amerika Selatan ini dipercaya sangat berkhasiat mengobati penyakit diabetes. Tanaman Yakon digunakan sebagai obat diabetes dengan memanfaatkan daunnya yang kaya dengan insulin. Kandungan fruktosa yakon terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa terikat. Kandungan fruktosa itu yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi. Tanaman ini biasa dikenal sebagai Teh Insulin.
Melihat adanya prospek usaha yang menjanjikan seorang pemuda asal wonosobo jawa tengah, Anto Widy memulai usaha budidaya tanaman yakon. Usaha tersebut ia mualai sejak 2012 silam dengan menanam yakon di lahan seluas 1.000 meter persegi hingga saat ini. Anto menjual tanaman ini ke para produsen obat herbal secara online. Pelanggannya menyebar di seluruh wilayah Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua.
Menurut Anto, masa panen daun yakon bisa terjadi dalam dua bulan hingga tiga bulan sekali sejak masa tanam. Selanjutnya, daun yakon bisa dipanen setiap tiga minggu sekali. "Tahun ini musim kemaraunya panjang, sudah satu bulan sejak pertama kali tanam, daunnya masih kecil-kecil," ujar Anto seperti yang dilansir kontan.
Anto menambahkan, proses pemetikan daun akan berlangsung selama enam kali hingga delapan kali masa petik, jika yakon ditanam sebelum musim penghujan. Sebab, jika yakon ditanam menjelang musim kemarau, proses pemetikannya hanya berlangsung empat kali. Sekali panen, Anto dapat memetik 1 ton daun yakon. [ Baca : Cara Budidaya Tanaman Yakon Si Herbal Diabetes ]
Harga jual daun dan serbuk yakon terbilang tinggi. Anto biasa menjual daun yakon Rp 200.000 per kilogram (kg). Sementara dalam bentuk serbuk, harganya dibanderol Rp 400.000 per kg. Dalam sebulan, Anto bisa menjual 70 kg. Dengan penjualan sebanyak itu, ia bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan dengan laba Rp 12 juta.
Sementara itu, pelaku usaha budidaya tanaman yakon lainnya, Roni Prananta asal Yogyakarta mengakui usaha yang dia geluti sangat menguntungkan. Roni menanam yakon sejak 2012 di atas lahan seluas 200 meter persegi di kawasan Bantul dan Gunung Lawu. Roni dibantu oleh dua orang petani lain untuk membudidayakan yakon.
Roni mengungkapkan, untuk menanam yakon hingga masa panen, butuh waktu 6 bulan-8 bulan. Sekali panen, ia bisa memetik 400 kg daun dan 300 kg umbi basah yakon. Roni menjual daun kering yakon seharga Rp 400.000 per kg dan umbi basah Rp 50.000 per kg. Sekali panen, Roni bisa meraup omzet lebih dari Rp 150 juta.